Manado-Pemprov Sulut di bawah pimpinan Gubernur Sulut Olly Dondokambey SE dan Wakil Gubernur Drs Steven OE Kandouw (OD-SK) terus melakukan terobosan pada semua sector untuk meningkatkan kesejahteraan warga.
Bagian dari upaya meminimalisir harga kopra yang lesuh di pasaran internasional, melalui Dinas Perkebunan (Perkebun) segera akan menyalurkan sekaligus pembuatan 24 unit alat sekaligus tempat untuk pengelolaan Minyak Kelapa khusus industri rumahan di kabupaten kota se-Sulut—sentra produksi kelapa.
“Ada 24 unit peralatan pengelolaan kelapa sekalgus tempat atau bangunan untuk tempat pengelolaannya akan dibangun secara bersamaan,” Aku Kadis Perkebunan Sulut Refly Ngantung, Selasa (02/07) petang.
“Barangnya sudah tiba di pelabuhan Bitung, tinggal akan disalurkan, pastinya akan dilakukan secepatnya, jika semua sudah siap,” tambah sosok familiar ini.
Disinggung soal anggaran, menurut Kadis Ngantung telah tertata di APBD tahun ini. “Anggaran per unit secara keseluruhan alat dan pembangunannya Rp30-an juta, jadi hitung saja semua ada 24 unit,” tambahnya lagi.
Lanjutnya, alat tersebut dapat membantu petani memproduksi minyak kelapa, dengan sekali olah bisa menghasilkan 80 liter.
“Dalam sehari bisa diolah samlai 3 kali, jadi total sehari bisa memproduksi 240 liter minyak kelapa. Dan jika dikalikan dengan 24 unit alat pengolah, maka sehari maksimal bisa memproduksi 5.750 liter," katanya lagi.
Terkait animo pasar, menurut Kadis Ngantung, cukup tinggi, meski harganya jauh di atas produk minyak sawit
"Per liter minyak kelapa Rp 30.000," pungkasnya.
Apalagi menurutnya, saat ini Dinas Perkebunan Sulut bersama TP PKK Sulut sedang mengampanyekan konsumsi minyak kelapa
"Sekarang kita sosialisasi manfaat minyak kelapa. Ini produknya paling sehat, kandungan protein tinggi, dan anti oksidan," ungkapnya.
Upaya pengembangan produk turunan kelapa selain kopra terus diupayakan, mengingat harga kopra yang sering jatuh berdampak ke ekonomi petani.
"Pemerintah inginkan jangan hanya kopra saja, banyak produk turunan, jangan hanya setengah jadi tapi produk jadi, biskuit kelapa misalnya bisa langsung makan," sebut dia.
Kelapa itu kata Refly, Tree of Life atau pohon kehidupan, nenek moyanf tanam kelapa, tinggal bagaimana masyarakat memanfaatkannya sesuai perkembangan zaman.
Pemprov pun tetap melakukan peremajaan kelapa dengan bibit lebih unggul demi menjaga keberlangsungan pohon yang jadi lambang Sulut.(ifa)
COMMENTS