Salah satu yang teranyar adalah ide yang langsung ditindaklanjuti yaitu Olly menginginkan setiap turis yang mengunjungi Sulut untuk membawa ole-ole minyak kelapa asal Sulut ke negara asalnya.
Dan menjadikan minyak kelapa murni dalam kemasan botol menarik sebagai ole-ole wajib wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Sulut.
“Di Sulut setiap hari ada 1.000 turis yang datang. Agar menarik, minyak kelapa ini dikemas dengan botol yang menarik, seperti botol olive oil dari luar negeri,” kata Olly.
Dia juga mengapresiasi keberadaan sejumlah kawasan wisata kuliner yang mampu menarik minat wisman untuk membelanjakan uangnya.
Diketahui, pengembangan sektor primer dan sektor sekunder ini mendorong pengembangan produk pertanian/perkebunan atau industri berbasis UMKM yang dapat dinikmati dan dibawa sebagai buah tangan oleh wisatawan tentunya akan ikut mendorong pertumbuhan ekonomi.
Strategi Olly ini diperkuat dengan pendapat dari Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut Ateng Hartono soal efek berantai pariwisata Sulut.
Dalam catatannya, Ateng menjelaskan efek berantai tersebut dengan jumlah penumpang pesawat dan kapal laut yang datang ke Sulut pada bulan Juni 2019 sebanyak 165.216 orang. Sedangkan yang berangkat dari Sulut ke daerah lainnya melalui angkutan laut dan udara pada bulan tersebut sebanyak 148.495 orang.
Tambah Ateng, dengan demikian rata-rata penumpang yang berangkat ke daerah lainnya di luar Sulawesi Utara setiap hari di bulan Juni sekitar 4.950 orang. Penumpang yang datang dan berangkat tersebut tentunya sebagian berasal dari wisatawan dalam negeri.
“Sebagai bahan perbandingan, pada bulan Juni 2019 penumpang yang datang dari luar negeri sebanyak 9.190 orang dan yang berangkat sebanyak 9.356 orang,” tandas Kepala BPS Sulut.
Ateng menuturkan, jika saja penumpang yang berangkat atau sebagian wisatawan dalam negeri membawa buah tangan atau oleh-oleh minimal Rp. 200.000 maka akan ada perputaran uang yang cukup besar setiap harinya ke UMKM yang menyediakan barang-barang khas Sulut.
Tambah dia, perputaran tersebut akan semakin besar saat wisatawan menikmati kuliner dan lainnya di Sulut.
“Inilah yang dinamakan efek berantai pariwisata yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi provinsi tercinta ini,” tutup Ateng.
Kepala Dinas Perkebunan Daerah Sulut Refly Ngantung.
Dinas Perkebunan Daerah (Disbunda) Sulut di bawah komando Kepala Dinas Ir Refly Ngantung pun langsung bergerak cepat dengan mengoptimalkan program industri minyak kelapa rumahan yang saat ini sudah dianggarkan total Rp7 miliar.
“Untuk APBD-P 2019 ini juga telah dianggarkan tambahan 4 paket, plus ditopang program Operasi Daerah Sukses Kelapa (ODSK) untuk mendorong para petani sekaligus usahawan kecil minyak kelapa,” pungkas Kadis Ngantung.(ifa)
COMMENTS