Manado-Dinas Perkebunan Daerah (Disbunda) Sulut terua mendorong investasi khusus hasil perkebunan kelapa.
Hal ini diungkapkan langsung Kepala Disbunda Sulut Refly Ngantung.
"Sejumlah perusahaan mengincar pengelolaan turunan dari hasil perkebunan kelapa, dan ini memang menjadi bagian program dari pak gubernur dan pak Wagub," ucap Kadis Ngantung, Kamis (14/11).
Adapun PT Rekadaya Multi Adiprima bakal bekerjasama dengan Pemprov Sulut untuk berinvestasi di Sulut, dan bahkan dalam edukasi bagi mahasiswa khususnya Universitas Sam Ratulangi Manado.
Hal ini terungkap dalam Forum Group Discussion (FGD) Detailing Teaching Industry Pengolahan Kelapa, terkait Rencana Kerjasama PT Rekadaya Multi Adiprima, PT ICDX Logistik Berikat dan Pemprov Sulut.
FGD dibuka Gubernur Sulut Olly Dondokambey SE yang diwakili Asisten 2 Bidang Administrasi Perekonomian dan Pembangunan Pemprov Sulut Mohammad Rudy Mokoginta, yang sekaligus membuka kegiatan pada Rabu (13/11).
Menurutnya, melalui kolaborasi tersebut akan menghasilkan inovasi yang mendatangkan nilai tambah bagi pertanian maupun perekonomian Sulut.
“Sabut kelapa ini merupakan limbah yang dimanfaatkan dengan sentuhan inovasi dan industri sehingga akan memberikan nilai tambah yang akan menguntungkan masyarakat petani,” ujar Mokoginta sembari mengungkapkan harapan agar FGD ini akan ditindaklanjuti dengan Memorandum of Understanding (MoU).
Dalam FGD yang digelar di Four Points Manado, Rabu 13 November 2019, Wakil Rektor Bidang Akademik Prof Grevo Gerung berharap melalui FGD akan dihasilkan teaching industry. terhadap peserta FGD yang datang dari sejumlah instansi terkait.
“Komoditas sabut kelapa ini akan kita masukkan dalam industri. Kita punya ilmunya yang dapat dikembangkan. Tetapi untuk lahannya kita serahkan ke Pemprov Sulut. Makanya kita kolaborasi, sehingga inovasi sabut kelapa dapat dimanfaatkan menjadi berbagai produk,” ungkapnya.
Selanjutnya, Wakil Rektor IV Bidang Kerja Sama, Prof Sangkertadi mengatakan optimis, apalagi program ini merupakan bagian dari Renstra Unsrat dan Kemendikti.
“Di dunia internasional peluang sabut kelapa belum dilirik secara masif. Nah itu menjadi peluang kita. Saya yakin Sulut dengan tanaman kelapa yang cukup luas, dan industri itu sudah tertarik untuk ke sini. Semoga apa yang kita sepakati bisa konsisten dan bisa kita kerjasama untuk bangkitkan kembali kelapa Sulut,” ujarnya.
Di sisi lain, untuk mewujudkan inovasi sabut kelapa perlu laboratorium industri.
“Pada saat kita ekspor sabut kelapa, maka alat-alat pengukur untuk evaluasi produk kita, akan jadi pembelajaran. Dan ini sesuai dengan kebutuhan industri,” ungkap Former Direktur Sistem Inovasi Kemenristekdikti,
Dr Ophirtus Sumule. Dikatakannya, harus ada standar laboratorium, metodologi dan peralatan.
“Kalau tanpa itu semua, maka akan sia-sia inovasi yang kita lakukan, karena harus ada standar yang ditetapkan,” tandasnya.
PT Rekadaya Multi Adiprima melihat, dari sekian produk turunan kelapa, ada satu yang belum tersentuh. “Sabut kelapa selama ini dibuang. Yang muncul di market hanya keset kaki atau tali tambang, padahal bisa untuk jok motor bahkan untuk interior peredam,” kata Farri Aditya Business Development PT Rekadaya Multi Adiprima yang turut hadir memberikan materi.(ifa)
COMMENTS