Manado-Pelaksanaan Media Gathering yang digelar Biro Protokoler dan Humas Pemprov Sulut yang dikemas dalam bentuk Forum Group Discussion (FGD) dengan mengusung tema ‘Kepariwisataan,’ mengungkap fakta menarik tetang niat mulia dari perjuangan Gubernur Sulut Olly Dondokambey SE dan Wakil Gubernur Drs Steven OE Kandouw dalam membangun pariwisata Sulut demi mengangkat perekonomian rakyat kecil.
Hal ini terungkap dari ‘kesaksian’ Staf Khusus Bidang Pariwisata Gubernur Dino Gobel saat menjawab brondongan pertanyaan para peserta yang secara keseluruhan adalah para wartawan itu, dengan menyorot bahwa kemajuan pariwisata Sulut saat ini belum berdampak nyata masyarakat kecil.
“Selama ini mungkin belum banyak yang tahu bahwa sebenarnya pak gubernur dan pak Wagub sangat mendorong pariwisata Sulut itu langsung dapat menyentuh perekonomian rakyat kecil, tapi kita harus sadar bahwa memajukan pariwisata dengan langsung berdampak para usaha masyarakat kecil secara menyeluruh itu tidak semudah membalikkan telapak tangan,” ungkap sosok yang mantan Pimpinan Redaksi (Pimred) salah satu media cetak ternama di Kota Manado itu.
Staf Khusus Gubernur Sulut Dino Gobel menjelaskan soal kondisi pariwisata Sulut pada FGD yang digelar Biro Protokol dan Humas Pemprov di lobi lantai satu Kantor Gubernur Sulut,Rabu (06/11)
“Begitu juga para pedagang makanan di Pulau Bunaken yang menerima bayaran setiap dua minggu sekali, dari kunjungan turis Cina di sana. Belum lagi dampak tak langsung dari banyaknya hunian di hotel-hotel hingga membuat permintaan akan kerbutuhan bahan makan juga ikut meningkat, yang secara tak langsung sangat berdampak pada hasil kerja para petani dan nelayan di Sulut,” tambahnya.
Menurut penulis buku tentang sepakterjang Gubernur Sulut Olly Dondokambey dalam mendobrak sektor pariwisata Sulut dengan judul ‘Sang Pembuka Gerbang Pasific’ itu masih banyak dampak-dampak positif dari meningkatnya kunjungan turis, khususnya dari Cina, pada perekonomian rakyat kecil.
“Dengan meningkatkan hunian di hotel-hotel, jelas menyerap banyak tenaga kerja di daerah,” terang Gobel yang menjadi salah satu nara sumber pada kegiatan yang dipandu ‘MC’ Kabag Humas di Biro Protokol dan Humas Sekdaprov Sulut Christian Iroth itu.
Bahkan fakta yang selama ini ‘tidak terekpos’ tentang permintaan khusus dari Gubernur Olly Dondokambey pada pihak travel ikut dibeberkan pria familiar ini.
“Dalam bisnis pariwisata kita tidak boleh melihat jika secara keseluruhan pihak travel mendapat keuntungan, karena untuk menutupinya disiasati dengan penjualan–penjualan souvenir yang dikelolah. Tapi pak Gubernur Olly secara khusus meminta pada pihak travel dari kunjungan 5 hari, harus 2 hari diberi kebebasan pada para turis melakukan aktivitas di luar jadwal tour travel. Dengan demikian dua hari ini berpotensi para turis berbelanja langsung ke dagangan warga,” ungkap sosok yang direkomendasi Wagub Steven Kandouw sebagai Staf Khusus Gubernur Bidang Pariwisata itu.
Pun Gobel dalam penyampaiannya menekankan pada bagaimana menghadapi tantangan era 4.0. “Era 4.0 harus diantisipasi kalau ingin memenangkan pasar. Kita optimis Menteri Pariwisata Wisnuthama akan mengembangkan, mengawinkan kecerdasan buatan ala 4.0 dan 5.0 yang lebih humanis,” jelasnya.
Diungkapkan wartawan senior ini, sejak 4 Juli 2016 pariwisata menjadi sektor yang menjadi pemicu perbaikan ekonomi. “ODSK mengajak kita me-maintenance pasar yang sudah ada. Jangan jadi kembang semusim. Apa yang akan kita lakukan? Data menyebutkan 1 miliar lebih melakukan traveling. Khusus di pasar China diperkirakan ada 300-400 juga. Diperkirakan 70 persen termasuk pasar China mengandalkan smartphone, interneting. Apa keistimewaan pasar 4.0? Wisatawan akan sangat mudah mengakses informasi tentang destinasi melalui internet,” ujarnya.
Lebih lanjut, di pasar 4.0, pola wisatawan mencari informasi destinasi itu ada tiga perilaku, di antaranya wisatawan digital. “Sebelum melakukan perjalanan, dia akan men-search dulu, ketika di negaranya musim dingin, dia akan mencari di mana lokasi wisata musim panas yang ada pantainya.
“Syukurlah kita sudah ada kerjasama dengan Baidu China sejak 2017. mesin pencarian seperti Google Search,” tandasnya.
“Satu yang menjadi pesan pak Gubernur, yaitu kita tidak boleh menyerah dengan tantangan dan hambatan yang kita hadapi dalam membangun pariwisata. Dan semangat pak gubernur dalam ‘mengebrak maupun mendobrak’ pemerintah pusat dalam membangun pariwisata Sulut perlu dan harus didukung semua pihak, terutama warga Sulut,” pungkas Gobel.
Adapun pada FGD yang digelar di lobi lantai satu Kantor Gubernur Sulut di Jalan 17 Agustus Teling Manado, Rabu (06/11) itu, juga menghadirkan narasumber Kepala Dinas Pariwisata Daerah Sulut Daniel Mewengkang, Ketua Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Sulut Merry Karouwan, Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sulut I Putu Anom Dharmaya, serta stakeholder pariwisata lainnya Kartini Mochtar dari Tasik Ria Resort dan Jeremy Barens, pengelola Safari Tour, serta selaku tuan rumah Kepala Biro Protokol dan Humas Pemprov Dantje Lantang.
Sedangkan Merry Karouwan menyampaikan, secara menyeluruh, memang ditanggung agen travel dalam hal ini MM Travel dengan segala resiko untung-ruginya. Menambahkan jawaban Karouwan, Dino mengatakan, pasar souvenir di Marina Plaza menampung souvenir hasil kerajinan pengrajin Sulut.
Kadispar Sulut Daniel Mewengkang sendiri dalam penyampaiannya mengatakan optimis pariwisata Sulut mampu bersaing dengan destinasi wisata lainnya di Indonesia. “Pembangunan pariwisata Sulut secara serius baru dikerjakan selama empat tahun terakhir ini. Sedangkan pariwisata Bali sudah berjalan selama 40 tahun. Kami optimis pariwisata Sulut akan terus berkembang,” tandasnya.
Di sisi lain, GM Hotel Sintesa Peninsula Manado, I Putu Anom Dharmaya yang juga Wakil Ketua PHRI Sulut menyampaikan upaya-upaya pihak hotel dalam turut membangun kualitas SDM kepariwisataan di Sulut. “Kami, para GM hotel punya program One GM One SMK. Kita terlibat mulai dari penyusunan kurikulum, dimana ada anak-anak SMK dari kelas biasa ke kelas industri. Dan hotel membuka pintu bagi guru-guru untuk magang di hotel,” sambungnya.
Persoalan sampah yang cukup mengganggu diangkat oleh Kartini Mochtar dan Jeremy Barens. Mereka meminta pemerintah untuk secara serius mengatasi sampah.
FGD pun diakhiri dengan kesepakatan untuk mengawal pariwisata Sulut dalam hal pemberitaan terkait pariwisata Sulut yang makin intens.(ifa)
COMMENTS