Kabarok.com, Tomohon- Polemik Rumah Sakit Bhetesda Tomohon nampaknya masih akan terus berlanjut. Inisiatif dari pihak yayasan untuk melakukan negosiasi terkait nasib karyawan menemui jalan buntu. Disisi lain, tuntutan karyawan RSB untuk mengembalikan dr Ramon dan jajaran direksi lainnya terus diteriakkan.
Pada hari Kamis, (11/3/2022) jajaran Direksi baru bersama pimpinan Yayasan Medika mencoba kembali untuk melakukan pembicaraan tapi tetap menemui jalan buntu. Poin poin yang ditawarkan oleh Yayasan semuanya di tolak oleh para karyawan.
Saat dikonfirmasi pada Humas RSB Tomohon Franny Walangitan dirinya mengakui memang ada sedikit penolakan dari karyawan saat Direksi Baru dan pimpinan Yayasan Medika datang ke RSB.
" Selamat sore, memang kemarin torang ada sedikit penolakan dikarenakan
1. Pembayaran gaji yang terlambat.
2. Pembayaran gaji dengan pake pendampingan Disnaker, Dinkes dan DPRD
3. Pembayaran gaji biasanya lewat payroll (karyawan terima lewat atm)
4. Kedatangan katanya untuk pembayaran gaji tapi hanya menyampaikan tentang keadaan dan perkembangan RSB yg tidak ada dana lagi.....mks,"terang Franny via Whatsapp messenger pada kabarok.com
Saat dikonfrontir pada dr Yanti Langi terkait penolakan pada Direksi dan Yayasan Medika, Plt Direktur RSB yang baru ini tak menampik bahwa kedatangan mereka kembali menemui jalan buntu.
" Iya, demikian. Kami mau bayar gaji dan minta dilakukan di aula RSU GMIM Bethesda dengan pertimbangan:
1. Agar dilaksanakan di ruang yang lapang. ( kami 11 orang)
2. Seperti biasa, perlu verifikasi daftar gaji yang disusun dan ditanda tangani KaBag SDM, KaBag Keuangan, kemudian diverifikasi oleh Wadir Keuangan dan saya.
3. Selanjutnya staf YMG yang diperbantukan ke kami berhubung akses RS ditutup, akan meneliti daftar kolektif pegawai menurut bank untuk transfer gaji.
4. Kalau sudah OK, saya akan tanda tangani.
5. Kemudian buat surat permintaan transfer di bank.
6. Tanda tangani check bank.
Sayang sekali karyawan menutup akses ke aula. Saya sampaikan untuk apa ditutup? Mereka katakan tidak boleh dibuka. Kemudian saya tanya, kenapa saat Ibu Maya Rumantir berkunjung di RS, aula bisa digunakan oleh Ibu Maya? Jawab mereka, karena Ibu Maya berpihak pada mereka,"jujur saya bingung dengan jawaban itu,"terang dr Yanti.
Menanggapi pertanyaan karyawan yang menanyakan katanya mau bayar gaji tapi malah mengatakan kas RSB tidak cukup.
dr Yanti tidak menampik dan berkata bahwa dana untuk gaji dicari/diurus Yayasan. Karena kas RS tidak cukup,"ujarnya singkat.
Pada kabarok.com dr Yanti juga mengirimkan kondisi kas RSB saat ini. Berikut rinciannya:
Total dana RSB per 11 Januari 2022
Rekening BPJS regular : Rp. 9.262.699.
Rekening Covid : Rp. 341.465.110
Rekening Operasional : Rp. 1.686.467.513
Total : Rp. 2.037.195.322
Padahal biaya gaji dan pensiun per bulan: Rp. 2.273.023.558.
Belum tagihan dan biaya operasional yang dimasukkan oleh KaBag Keuangan yaitu lebih dari Rp. 3 M.
Dana Covid 19 yang puluhan M telah mereka gunakan hampir semua, hanya tersisa 341 juta sekian,"terang dr.Yanti melalui WA messenger
Saat dikonfirmasi pada Humas RSB Franny Walangitan terkait rincian Kas RSB yang dikirimkan oleh dr Yanti tersebut Franny mengatakan bukan kapasitas dia untuk menanggapi itu.
Pun saat awak media coba mengkonfirmasi pada mantan Wadir keuangan RSB yang lama dr Maryo Moningka baik WA messenger maupun ditelpon langsung yang bersangkutan belum merespon sepertinya enggan menanggapi padahal saat itu Whatssapp beliau sedang Online.
Terpisah, mantan anggota BPMS GMIM Jeremia Damongilala menanggapi secara bijak permasalahan di RSB Tomohon.
"Memang agak pelik masalahnya jika sudah seperti ini, harus ada kebesaran hati dari semua pihak,saling dengar dan saling menghargai. Dan kedepannya kami sudah usulkan pada BPMS agar semua rumah sakit milik GMIM dijadikan Badan Usaha yang dikelola secara profesional dengan melibatkan pesaham pesaham yang tentunya adalah warga GMIM sendiri dengan tentunya Sinode GMIM.dalam hal ini sebagai pemegang saham mayoritas,"tukas Damongilala.
Kedepannya kami berharap jika usul kami terakomodir, semua RS milik GMIM akan mampu menghidupi diri mereka sendiri tanpa lagi berharap subsidi apalagi harus ada setoran ke Sinode karena menurut kami itulah akar masalahnya,"pungkas Damongilala yang saat ini menjabat sebagai penasehat jemaat GMIM Bukit Moria Rike. (Oby)
COMMENTS