Manado-Tak sia-sia Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey SE dan Wakil Gubernur Drs Steven O.E. Kandouw menggalakkan program Operasi Daerah Selesaikan Kemiskinan (ODSK). Pasalnya terbaru Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) angka kemiskinan di Sulut kini turun menjadi 7,59 persen.
Adapun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut, pada 2015 kemiskinan menyentuh angka 8,98 persen. Namun selang tiga tahun kepemimpinan OD-SK, angka kemiskinan turun tajam di titik 7,59 persen pada September 2018 atau terendah di Pulau Sulawesi menurut Susenas. "Hasil Susenas menunjukkan penduduk miskin Sulut sebesar 7,59 persen, terendah di bandingkan provinsi lain di Pulau Sulawesi. Persentase tersebut juga terendah selama lima tahun terakhir. Sebagai bahan perbandingan, penduduk miskin Maret 2018 sebesar 7,80 persen," sesuai rilis BPS Sulut, Selasa (15/01/2019).
Untuk diketahui, pada September 2018, jumlah penduduk miskin di Sulut mencapai 189,05 ribu orang (7,59 persen), berkurang 4,26 ribu orang dari kondisi Maret 2018 yang sebesar 193,31 ribu orang (7,80 persen).
Selama periode Maret hingga September 2018, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 1,77 ribu orang (dari 63,88 ribu orang turun menjadi 62,11 orang), sementara di daerah perdesaan turun sebanyak 2,50 ribu orang (dari 129,43 ribu orang turun menjadi 126,93 ribu orang).
Begitu juga pada data ketimpangan. Gini ratio Sulut pada September 2018 sebesar 0,372. Ada penurunan jika dibandingkan dengan Maret 2018 yang sebesar 0,394.
Selain data kemiskinan, BPS juga merilis data perkembangan ekspor dan impor di Sulut. Menurut BPS, nilai ekspor nonmigas Sulut pada Desember 2018 tercatat sebesar 73,58 juta dolar AS sementara impornya senilai10,70 juta dolar AS.
Adapun komoditas ekspor nonmigas terbesar pada Desember 2018 tetap diduduki oleh lemak dan minyak hewan/nabati, yakni senilai 36,97 juta dolar AS (50,24 persen dari total ekspor), sedangkan untuk komoditas impor terbesar adalah bahan bakar mineral senilai 4,66 juta dolar AS (43,61 persen dari total impor).
Menariknya, Belanda menjadi negara tujuan ekspor nonmigas terbesar Sulut pada Desember 2018 sebesar 14,43 juta dolar AS. Sedangkan negara pemasok terbesar pada bulan Desember adalah negara Singapura sebesar 4,68 juta dolar AS. (hps/ifa)
Adapun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut, pada 2015 kemiskinan menyentuh angka 8,98 persen. Namun selang tiga tahun kepemimpinan OD-SK, angka kemiskinan turun tajam di titik 7,59 persen pada September 2018 atau terendah di Pulau Sulawesi menurut Susenas. "Hasil Susenas menunjukkan penduduk miskin Sulut sebesar 7,59 persen, terendah di bandingkan provinsi lain di Pulau Sulawesi. Persentase tersebut juga terendah selama lima tahun terakhir. Sebagai bahan perbandingan, penduduk miskin Maret 2018 sebesar 7,80 persen," sesuai rilis BPS Sulut, Selasa (15/01/2019).
Untuk diketahui, pada September 2018, jumlah penduduk miskin di Sulut mencapai 189,05 ribu orang (7,59 persen), berkurang 4,26 ribu orang dari kondisi Maret 2018 yang sebesar 193,31 ribu orang (7,80 persen).
Selama periode Maret hingga September 2018, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 1,77 ribu orang (dari 63,88 ribu orang turun menjadi 62,11 orang), sementara di daerah perdesaan turun sebanyak 2,50 ribu orang (dari 129,43 ribu orang turun menjadi 126,93 ribu orang).
Begitu juga pada data ketimpangan. Gini ratio Sulut pada September 2018 sebesar 0,372. Ada penurunan jika dibandingkan dengan Maret 2018 yang sebesar 0,394.
Selain data kemiskinan, BPS juga merilis data perkembangan ekspor dan impor di Sulut. Menurut BPS, nilai ekspor nonmigas Sulut pada Desember 2018 tercatat sebesar 73,58 juta dolar AS sementara impornya senilai10,70 juta dolar AS.
Adapun komoditas ekspor nonmigas terbesar pada Desember 2018 tetap diduduki oleh lemak dan minyak hewan/nabati, yakni senilai 36,97 juta dolar AS (50,24 persen dari total ekspor), sedangkan untuk komoditas impor terbesar adalah bahan bakar mineral senilai 4,66 juta dolar AS (43,61 persen dari total impor).
Menariknya, Belanda menjadi negara tujuan ekspor nonmigas terbesar Sulut pada Desember 2018 sebesar 14,43 juta dolar AS. Sedangkan negara pemasok terbesar pada bulan Desember adalah negara Singapura sebesar 4,68 juta dolar AS. (hps/ifa)
COMMENTS