Menurut Pdt Rumopa terkait kegiatan internal GMIM di Minut yaitu pembekalan majelis program bidang APP termasuk bidang kerjasama tersebut sebaiknya tidak dicampuri pihak-pihak luar.
"Pihak-pihak luar orang-orang jangan ikut menggoreng kegiatan-kegiatan Gerejawi, sebab menurut saya pertemuan yang dihadiri. orang-orang yang dikenal memberi diri untuk dicalonkan itu sah-sah saja karena mereka warga GMIM," jelas Pdt Rumopa Senin (24/08/2020) malam.
"Jangan ubah demokrasi jadi demonstrasi," tandasnya.
Lanjut Pdt Rumopa, soal adanya spanduk yang berada di depan atau dekat mimbar itu biasa karena ada acara khusus.
"Karena ada acara khusus itu biasa ada itu, dan protes karena ada wajah gambar calon sebaiknya tidak perlu dibesar-besarkan. Kenapa harus dibesar-besarkan begitu mendalam?" Ungkapnya.
"Karena menurut hemat saya kenapa juga kita harus panas dengan peristiwa itu, kenapa ada yang bukan warga GMIM yang bagi-bagi uang dalam gereja, tidak ada yang seheboh-heboh, teriak-teriak seperti itu," jelas Pendeta yang masih aktif melayani di Gereja GMIM Baitel Batusaiki Manado ini.
"Menurut saya masih batas wajar, karena itu masih kegiatan internal gereja yang menggunakan gedung gereja untuk melakukan pembakalan-pembekalan pada majelis-majelis gereja dan klan-klan khusus, kebetuialn juga orang yang memberi diri memberi sumbang adalah orang GMIM, menurut saya masih tidak menjadi persolaan masih sah-sah saja dan wajar-wajar," urai Pdt Rumopa lagi.
Terkait adanya uang transport, menurutnya lagi itu hal yang biasa.
"Karena gereja juga sering memberi uang transport atau uang pengganti transportasi. Dan itu biasa, ada juga dapat ada juga tidak, tidak jadi masalah, karena bukan kewajiban. Kalau kebetulan yang memberi adalah calon itu sah-sah saja, masih syukur dia masih peduli, kalau tidak peduli dinilai tidak peduli, yang mengherankan ada bukan warga GMIM yang bagi-bagi duit di gereja GMIM tidak ada yg dikomplain, itu yang menjadi titik soal," tegas Pdt Rumopa.
Pun juga ikut dipertanyakan soal adanya suara-suara terkait hubungan tertentu.
"Lalu ada yg menggoreng-menggoreng anak ini, anak itu, padahal anak bupati saja ikut Pilkada tidak dibesar-besarkan," tuturnya lagi.
Untuk itu Pdt Rumopa mengatakan bahwa semua biarlah jemaat GMIM yang menilai.
"Biarlah jemaat yang menilai mana yang terbaik yang akan memimpin Minahasa Utara yang lebih kuat dan sejahtera ke depan," ungkapnya.
"Dan saya harus memberikan catatan penting! Bahwa hal ini digoreng-goreng karena warga GMIM paling mayoritas, wajar kalau warga GMIM mendukung warga GMIM, dan itu tidak menjadi masalah," tegasnya.
Pdt Rumopa sendiri mengimbau semua pihak untuk terus menjaga toleransi antar umat beragama, keamanan dan ketertiban.
"Agar khususnya pelaksanaan seluruh Pilkada di Sulut dapat berlangsung dengan baik dan sukses, dan umumnya untuk kemajuan daerah kita lebih baik ke depan," pungkasnya.(ifa)
COMMENTS