Kpd Yth,
Yang Mulia Tuan Paduka Sirajudin Lasena (Pj Bupati Bolmong Utara)
Saya menulis ini karena tidak mempunyai hal apapun, selain pengetahuan tentang masalah yg akan datang mengenai aktivitas tambang ilegal dan keluh kesah mayoritas masyarakat yang akan terdampak. Saya juga yakin bahwa, tanpa menulis surat ini sekalipun Yang Mulia Tuan Paduka Bupati telah mengetahui masalah yang ada, tapi memilih untuk diam, tak peduli, dan membiarkannya.
Saya sengaja memanggil Yang Mulia Tuan Paduka untuk menghormati segala otoritas yang melekat kepada Tuan Bupati. Saya sadar bahwa di dalam alam kepemerintahan Bolmut, mewariskan nilai-nilai kepemimpinan budaya dari dua eks swapraja (Bintauna dan Kaidipang Besar) yang adi luhung. Karena itulah, tak elok saya tidak meninggikan Tuan.
Yang Mulia Paduka Tuan Bupati, sebagai rakyat ijinkan saya berkeluh kesah.
Sudah dua tahun saya tidak menetap di Bolmut. Baru saja saya akhirnya kembali, setelah belajar lama tentang sejarah kita. Sayapun heran, mengapa saya perlu belajar tentang sejarah kita di luar. Ternyata karena kita sendiri tidak peduli dengan apa yang telah leluhur kita wariskan.
Ketidakpedulian itu bukan saja terbatas pada bagaimana kita menghasilkan karya tulis kesejarahan, atau rajin bersolek di atas kata-kata sambutan adat. Tanah dan laut kita sendiri adalah warisan yang paling berarti yang sering kita pisahkan dari kosa kata adat dan budaya itu sendiri.
Tanah harus dijaga, laut harus dijaga. Begitu demikian ikatan masa lampau mewariskan hal berharga itu, dimana kita wajib merawatnya.
Lebih khusus, karena masalah ini berkaitan dengan Bintauna, maka saya akan lebih banyak berucap tentang momata ku lipu vuta adati vintauna (Manusia dan tanah yang beradat Bintauna).
Yang Mulia Tuan Paduka Bupati, tak tahukah anda, bahwa Bintauna mempunyai masa kelam mengenai pengelolaan emas? Di abad ke-18 tepatnya 1760 VOC ikut campur atas kemelut elit di Bintauna. VOC mempunyai keinginan untuk lebih mudah menguasai hasil emas di Bintauna, maka satu-satunya cara yang paling cepat bagi mereka adalah membuat Bintauna terbelah menjadi dua. Dan apa jadinya setelah itu? Bintauna benar-benar tebelah dua menjadi kelompok Selatan dan Utara, dan emas-emas dengan cara culas lebih banyak dikuasai VOC.
Saya tidak ingin mengatakan bahwa masalah tambang ilegal di Bintauna ada pendatang tak diundang sebagai VOC baru. Lagi pula kita ini terlanjur berbangsa satu Indonesia, dan tak elok melihat saudara sebangsa sebagai seorang VOC, kecuali memang ada warga asing yang tak jelas.
Mengenai pemodal sebangsa itu, saya meyakini bahwa mereka hanya menginginkan emas, dan bakal tidak peduli terhadap dampak bagi alam dan orang Bintauna itu sendiri, setelah emas dan hutan dibabat habis.
Di benak mereka hanya satu, akumulasi emas. Tuan Paduka Bupati, saya tidak sedang membicarakan orang-orang lokal. Saya justru cukup memahami, kenapa orang-orang Bolmut ikut menambang.
Tuan Paduka Bupati seharusnya yang paling bertanggung jawab atas hal ini. Tapi saya melihat Tuan Yang Mulia nyaman sekali duduk di singgasana. Kemunculan penambang lokal adalah karena masalah desakan hidup. Profesi mereka yang awalnya adalah petani dan nelayan tidak lagi menjanjikan. Bahkan, banyak saudara saya yang lari dari profesi itu untuk menyelamatkan eknomi keluarga. Saya yakin Tuan Paduka tahu bahwa, kenapa dalam beberapa tahun ini, banyak sekali yang merantau dan bekerja di dunia pertambangan, dan tidak lagi melaut atau berkebun.
Dengan sikap tegas, Yang Mulia Tuan Paduka Bupati seharusnya dan secepatnya menertibkan masalah ini. Industri ekstraktif adalah sejenis industri yang menghisap bumi dan mempunyai efek panjang yang negatif bagi manusia dan alam di sekitarnya.
Bersikaplah seperti Linkakoa, seorang ratu Kaidipang-Bolangitang pada abad ke-17 M yang tegas menolak Belanda. Atau bagaimana Jeremias Mokodetek; Moreteo (Raja Bintauna) yang juga sempat melawan Belanda.
Tuan Paduka Bupati mempunyai otoritas dalam hal ini. Sebelum kita memiliki Tuan Bupati definitif, tolonglah Yang Mulia Tuan Bupati tinggalkanlah kesan keberpihakan atas masalah kerusakan lingkungan, penjagaan tanah warisan Bintauna, dan supremasi hukum. Karena saya masih yakin kalau Yang Mulia tidak "MASUK ANGIN."
Selain itu, setelah ini selesai tolonglah juga urusi petani dan nelayan. Buatlah mereka lebih sejahterah, agar industri ekstraktif tidak mempunyai alasan lagi untuk masuk ke lipu vuta Vintauna, dan lipu Bolaang Mongondow Utara.
Salam,
Ersad Mamonto,
Momata Vintauna (Orang Bintauna).
COMMENTS